Barcode pada kemasan tentunya memiliki fungsi tersendiri bagi sebuah produk. Entah itu produk roti, mie, kopi, gula, minyak, makanan ringan, air mineral, hingga berbagai jenis produk lainnya. Barcode biasanya terletak pada bagian sudut kemasan, bentuknya berupa garis-garis vertikal dengan ketebalan berbeda-beda.
Jika kita melakukan pembayaran atas beberapa barang belanjaan, petugas kasir biasanya akan menembak barcode dengan sebuah alat scanner. Ketika barcode terbaca oleh alat tersebut, maka muncullah berbagai informasi yang kasir butuhkan. Mulai dari jenis barang, merek, hingga harga.
Dalam berbisnis, barcode memiliki peran vital pada produk. Tanpa adanya barcode, banyak hal akan menjadi cukup rumit, misalnya penghitungan stok produk. Barcode juga meminimalisasi kesalahan penginputan data produk karena sistemnya berjalan jauh lebih otomatis daripada pekerjaan manual dari manusia.
Berikut ini ada beberapa penjelasan lebih mendalam mengenai pengertian barcode, jenis-jenisnya, serta fungsi barcode untuk kemasan produk. Kita pahami sama-sama sebagai bahan belajar baru yuk!
Daftar Isi
Pengertian dan Asal-Usul Barcode
Secara umum, barcode merupakan kode optik berbentuk garis-garis vertikal atau bar yang nantinya dapat terbaca oleh mesin scanner. Barcode selalu unik, itu artinya tiap-tiap produk memiliki barcode masing-masing yang tidak mungkin sama persis. Singkatnya, barcode memuat segala informasi produk hanya melalui garis dan angka.
Barcode sendiri pertama kali muncul pada tahun 1932. Kala itu Wallace Fint membuat sistem pemeriksaan barang untuk usaha retail yang dia rintis. Jauh sebelum adanya barcode, perusahaan retail mesti mengetik manual satu per satu data produk. Penemuan barcode akhirnya mengubah segalanya jadi lebih mudah.
Meski awalnya aplikasi barcode paling banyak hanya pada industri retail, lama-kelamaan industri lain pun mulai mengikuti jejak yang sama. Industri makanan, industri minuman, hingga industri elektronik ikut mengadaptasi pemberian barcode pada bisnis mereka.
Barulah pada tahun 1949 Bernard Silver serta Norman Joseph Woodland membuat prototipe barcode demi tujuan pembacaan informasi produk secara otomatis dengan mesin. Penggunaan barcode secara komersial pun baru terjadi pada tahun 1970. Dengan perjalanan panjang tersebut, manfaat barcode masih bisa pebisnis rasakan hingga sekarang.
Jenis Barcode
Setidaknya ada empat jenis barcode yang banyak kita jumpai. Bukan cuma pada kemasan produk, ternyata cakupan pemakaian barcode sangat luas. Berikut ini adalah penjabaran dari keempat jenis barcode tadi:
1. Barcode Produk Retail
Barcode sangat memenuhi kebutuhan produk-produk retail dengan memakai Universal Prices Codes (UPC). Penggunaannya sendiri paling umum kita jumpai pada swalayan, pusat perbelanjaan, maupun minimarket. Selain itu, produk retail menggunakan barcode untuk kebutuhan packaging dengan jenis barcode ITF-14.
Barcode ini berisi 14 angka yang menjadi penanda akan suatu produk. Produk yang biasa memakai barcode ITF-14 adalah produk dengan jumlah banyak saat penyimpanan dalam satu karton.
2. Barcode Penerbitan
Bukan hanya produk retail, produk berupa buku, majalah, novel, dan sejenisnya pun memiliki barcode loh. Kita dapat mengenali barcode pada produk penerbitan dalam bentuk International Standard Book Number (ISBN) atau International Standard Serial Number (ISSN).
Untuk ISBN, terdapat 13 angka yang tertera pada barcode. Sementara, ISSN memiliki 8 angka pada barcode-nya. Penggunaan barcode pada buku atau sejenisnya juga turut mempermudah pengecekan stok serta proses transaksi.
3. Barcode Keperluan Farmasi
Barcode untuk kebutuhan farmasi punya ciri khusus yang membuatnya berbeda dengan barcode produk lain. Penggunaan barcode pada industri farmasi lebih berfokus pada mengidentifikasi bermacam-macam obat-obatan yang ada.
Bentuk barcode-nya adalah Health Industry Bar Code (HIBC). Barcode ini punya tanda “+” pada awal kode dengan kombinasi barcode berupa huruf dan angka sebanyak 24 karakter.
4. Barcode Non Retail
Pemakaian barcode jenis ini akan sering kita temui pada buku-buku perpustakaan, inventaris perusahaan, kartu anggota, dan lain-lain. Jenis barcode yang kerap dipakai ada code 39 dan code 128. Tingkat kepadatan code 128 jauh lebih tinggi daripada code 39. Jadi, bisa dibayangkan kan berapa banyak data tersimpan pada barcode non retail ini?
Fungsi Barcode Kemasan
Sementara, fungsi utama dari pemakaian barcode pada kemasan adalah sebagai wadah segala informasi yang terdapat pada produk. Informasi tersebut dapat meliputi nama produk, jenis produk, tanggal kedaluwarsa, kode produksi, sampai nomor identitas produk.
Seperti kita bahas tadi, bentuk barcode berupa garis vertikal dan angka yang punya arti tersendiri. Cukup dengan menggunakan scanner, seseorang dapat menerima banyak informasi mengenai produk tersebut. Hal ini sangat memudahkan pekerjaan sekaligus lebih akurat daripada pencatatan data produk secara manual.
Pencatatan informasi menggunakan barcode-pun jelas lebih tepat karena tingkat ketelitian lebih tinggi. Dari segi biaya, penggunaan barcode dapat meringankan biaya sumber daya manusia yang biasanya melakukan rekam data secara manual.
Fungsi Barcode pada Kemasan untuk Tembus Pasar Ekspor
Dalam era persaingan global seperti sekarang, banyak produk berlomba-l0mba bisa menembus pasar internasional. Selain menitikberatkan pada mutu dan inovasi produk, pebisnis hendaknya jangan melupakan pentingnya barcode. Jauh lebih mudah masuk ke pasar ekspor jika sudah memiliki barcode pada produk.
Selain memiliki barcode pada kemasan, pebisnis juga seharusnya mendaftarkan produk beserta barcode ke Kemenperin untuk mendapatkan izin resminya. Hal ini akan mempermudah proses ekspor, terutama jika mesti melewati perizinan distribusi dan masuk retail.
Dengan ini, makin jelas bahwa fungsi barcode dapat menjangkau hingga pasar global, terlebih sistem barcode sendiri sudah sangat mendunia. Jadi, sudah waktu semua produk dalam negeri mulai memakai barcode pada kemasan jika punya visi memasarkan produk hingga ke luar negeri.