Dalam berbisnis kuliner, pengusaha mesti paham cara menentukan harga jual makanan untuk menghindari kerugian. Apalagi peluang usaha kuliner makin meningkat saat pandemi seperti sekarang. Bisnis kuliner atau makanan tergolong tidak akan mudah mati karena konsumen senantiasa membutuhkannya.
Menjual makanan terkesan mudah pada awalnya. Namun, ada banyak proses serta perhitungan teliti yang harus pengusaha lakukan demi mempertahankan eksistensi bisnis kuliner tersebut. Tak jarang nih, perhitungan harga jual yang salah kerap menjerumuskan pengusaha pada kerugian.
Pada dasarnya, tidak ada perhitungan paling tepat dan benar dalam menentukan harga jual. Semua tergantung dari kebutuhan masing-masing pebisnis. Hal yang terpenting adalah riset pasar untuk mengamati seberapa kompetitif persaingan bisnis kuliner tersebut.
Daftar Isi
Hal yang Mesti Pebisnis Perhatikan
Tantangan dalam membuka usaha makanan memang cukup banyak. Maka, dalam berbisnis kuliner, pengusaha setidaknya memperhatikan hal-hal berikut ini:
- Menentukan target pasar dengan cermat dan tepat. Bisnis kuliner yang berlokasi di dekat kampus tentu nantinya akan memiliki harga jual berbeda dengan tempat makan dekat area perkantoran. Meski menu yang tersaji mirip (katakanlah ayam geprek), pebisnis butuh jeli mengamati perilaku konsumen yang jadi targetnya.
- Mengenali dan mengamati pesaing alias kompetitor. Dengan target market sama, pebisnis harus melakukan analisis sederhana mengenai harga jual makanan milik pesaing. Bersikap kompetitif itu perlu, apalagi jika ingin memenangkan hati pelanggan. Menambah menu baru juga dapat menjadi cara bersaing yang sehat dengan pesaing.
- Memberikan value pada bisnis, bukan hanya soal makanan. Sah-sah saja jika pengusaha hendak memberikan harga lebih mahal daripada pesaing. Tawarkan value lebih yang kompetitor tak miliki. Misalnya, tempat makannya lebih instagramable. Konsumen zaman sekarang rela merogoh kocek lebih dalam demi menikmati suasana nyaman di tempat makan.
- Perhatikan kualitas bahan baku dan makanan. Ingat, pelayanan untuk konsumen mesti paling utama. Jangan turunkan kualitas makanan hanya demi harga lebih murah. Pemilihan bahan baku juga mesti cermat agar tidak mempengaruhi mutu makanan.
Cara Menentukan Harga Jual Makanan
Salah satu cara menentukan harga jual dari makanan yang paling banyak pengusaha pakai adalah metode markup pricing. Metode ini juga paling cocok bagi para pemula bisnis kuliner. Rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Hitung Biaya Produksi dan Distribusi
Pertama, kalkulasi dulu biaya modal yang pebisnis butuhkan. Rumusnya seperti ini:
Harga Jual = Bahan Baku Modal + Harga markup yang diinginkan
Misalnya, modal bahan baku untuk ayam geprek adalah sebesar Rp10.000,00 per porsi. Kemudian, markup harga yang pengusaha inginkan adalah sebesar Rp5.000,00. Maka, perhitungannya menjadi:
Harga Jual = Rp10.000,00 + Rp5.000,00 = Rp15.000,00
Jadi, satu porsi ayam geprek dapat pengusaha jual dengan harga Rp15.000,00.
2. Analisis Harga Makanan dari Kompetitor
Menjual makanan dengan harga murah cenderung lebih mudah mendatangkan konsumen. Namun, pebisnis perlu memahami juga bahwa penentuan harga tersebut janganlah terlalu murah ataupun mahal. Harga terlalu murah dapat mendatangkan kerugian, sementara harga terlalu mahal berpotensi berkurangnya konsumen.
Setelah menentukan harga dengan rumus sebelumnya, cek kembali potensi persaingan dengan kompetitor. Katakanlah ayam geprek milik pesaing berharga Rp13.000,00. Harga Rp15.000,00 masih cukup kompetitif kok, terlebih jika ada tambahan makanan pendamping. Misalnya, tempe atau tahu.
3. Tentukan Keuntungan yang Diambil
Dalam menghitung keuntungan, pengusaha dapat memakai metode margin pricing. Melalui cara ini, pengusaha mesti menentukan dulu harga jual yang dia inginkan. Dari hitungan yang ada, nantinya pebisnis dapat melihat apakah harga jual makanannya terlalu murah atau terlalu mahal.
Rumus dari margin pricing adalah sebagai berikut:
Margin = (harga jual) – (harga modal) : harga jual
Misalnya, harga jual ayam geprek sebesar Rp15.000,00 per porsi. Modal yang pengusaha keluarkan sebanyak Rp10.000,00. Maka, hitungan keuntungannya sebagai berikut:
(Rp15.000,00-Rp10.000,00)/Rp15.000,00 = 0,33 atau 33%
Jika pebisnis menilai angka keuntungan tersebut terlalu kecil, dia dapat menaikkan harga jualnya hingga ke angka laba yang diinginkan.
Cara Lain Menentukan Harga Jual Makanan
Selain dua cara tadi, ada pula metode lain untuk merumuskan harga jual. Cara tersebut adalah bundling dan MSRP.
1. Bundling
Metode bundling memiliki nama lain sebagai metode keystone. Dengan cara ini, pebisnis dapat menjual makanan dengan jumlah dua kali lipat. Keuntungannya mungkin tidak seberapa, tetapi setidaknya produk makanan justru dapat terjual lebih banyak.
Misalnya, harga donat satu lusin adalah sebesar Rp40.000,00. Dalam paket lainnya, pembelian dua lusin donat memiliki harga Rp70.000,00. Metode ini efektif memikat banyak konsumen karena mereka merasa dapat membeli banyak donat dengan harga lebih murah.
2. MSRP
Manufactured Retail Price alias MSRP merupakan harga yang ditentukan oleh produsen. Para penjual makanan tangan kedua tidak dapat mengubah harga yang sudah produsen tetapkan. Kalau pun mengubahnya, harganya tidak boleh terlalu jauh. Tujuan dari MSRP ini sebenarnya adalah untuk menghindari persaingan tidak sehat antarpenjual produk atau merek yang sama.
Itulah tadi beberapa metode atau cara dalam menentukan harga jual makanan. Semoga para pebisnis kuliner dapat menetapkan harga jual paling pas sesuai kualitas makanan dan pastinya menguntungkan.